Jakarta - Selaras dengan komitmen perusahaan dalam mendukung praktik Environmental, Social, dan Governance (ESG) dalam seluruh operasional bisnis, PT Pertamina Training and Consulting memfasilitasi Komunitas Sustainability untuk melakukan diskusi inklusif melalui kegiatan kopi darat. Mengusung tema “ESG Challenges & Opportunities in Shaping Sustainable Energy”, kegiatan tersebut diselenggarakan di Sustainability Ballroom Gedung Oil Centre pada hari Kamis (13/6/2024). Diskusi ini dimoderatori oleh Lany Harijanti selaku Regional Program Manager dari GRI dengan melibatkan para pembicara ulung di bidangnya. Tidak hanya dari kalangan Pertamina Group, kegiatan ini juga melibatkan para anggota Komunitas Sustainability dari lingkup BUMN dan perusahaan lain yang bergerak di berbagai sektor. Menekankan pada pentingnya ketahanan energi di Indonesia, Vice President Sustainability Strategy PT Pertamina (Persero), Suripno menjelaskan bahwa emisi dari bahan bakar fosil juga menjadi kontributor signifikan dalam isu climate change, sehingga transisi penggunaan bahan bakar fosil ke low carbon yang mampu memproduksi energi hijau atau bahkan net zero emission menjadi fokus Pertamina saat ini. Pertamina dalam hal ini berkomitmen dalam ‘Securing Energy in the Nation’ melalui implementasi low carbon business, tentu dengan tetap mempertahankan aspek ‘affordability’ dan ‘accessibility’. Melalui program Fostering Energy Residence, Pertamina berupaya perkuat keamanan energi nasional dengan tetap melakukan penyelarasan terhadap pertumbuhan bisnis. “Di dalam transisi kita tidak bisa loncat, transisi itu kan tetap ada gradual”, ujar Suripno. Beliau juga menambahkan bahwa integrasi ESG dalam laju bisnis yang cukup cepat dapat dilakukan dengan metode sederhana. “Gampang sebetulnya, dengan amati, tiru, modifikasi. Karena best practices nya sudah banyak apalagi di industri, don't be a scientist. Bukan berarti scientist itu tidak bagus, namun kalau anda bekerja di industri, be pragmatic. Standarnya sudah banyak, jadi kita adopt dan sesuaikan”, pungkasnya. Dari sektor energi kelistrikan, Imam Muttaqien selaku Vice President of ESG and Safeguard PT PLN (Persero) menerangkan bahwa PLN juga berkomitmen mencapai Net Zero Emissions di tahun 2060 dengan mengembangkan teknologi dan ekosistem pendukung seperti Electric Vehicles, Rooftop Solar, Emissions Trading Scheme, serta penambahan jumlah PLTU. Bersama Pertamina, PLN sebagai katalis penurunan emisi karbon berupaya mewujudkan program transisi energi demi menjaga ketahanan dan reliabilitas energi di negeri ini. “Energy transmission without energy transition is nothing”, ujar Imam. Sebagai praktisi keberlanjutan, Jalal dari Co Founder A+ CSR Indonesia menambahkan tentang fokus wacana dan praktik transisi energi di Indonesia. Beliau menjelaskan bahwa transisi energi bukan hanya perihal penurunan emisi, namun juga manfaat yang adil bagi semua pemangku kepentingan. Sebagai fasilitator, PTC memberikan wadah bagi Komunitas Sustainability untuk transfer pengetahuan dari para expert dalam membahas berbagai kebutuhan tentang implementasi sustainability dalam berbisnis, baik secara teoritis maupun praktikal. Dimana kegiatan ini merupakan mitigasi dalam mengurai tantangan dan peluang dalam membentuk energi berkelanjutan. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan wawasan untuk dapat dicermati dan implementasikan dalam kegiatan operasional bisnis, yang mampu menghadiahkan value secara khusus terhadap lingkungan, perekonomian, dan masyarakat pada umumnya. PTC dalam hal ini berkomitmen menjalin sinergi dan meningkatkan kesadaran bersama demi mewujudkan kesejahteraan bumi dengan jaminan ketahanan energi yang berkelanjutan.
(red. Corsec)